Sabtu, 07 Januari 2012

resonansi

Resonansi Helmholtz merupakan peristiwa resonansi udara dalam suatu rongga. Resonator tersebut terdiri dari suatu badan yang berbentuk bola dengan satu volume udara dengan sebuah leher. Nama ini berasal dari sebuah perangkat yang diciptakan pada tahun 1850-an oleh Hermann Von Helmholtz, yang digunakan untuk menunjukkan tinggi dari berbagai nada. Sebuah Helmholtz resonator atau osilator Helmholtz adalah wadah gas (biasanya udara) dengan lubang terbuka (atau leher atau port). Sebuah volume udara di dalam dan di dekat lubang terbuka bergetar karena 'melenting' dari udara di dalamnya. Sebuah contoh umum adalah botol kosong, udara di dalam botol akan bergetar ketika ditiup bagian atasnya atau bunyi yang diciptakan ketika satu hembusan melintasi puncak satu botol kosong.
Prinsip Kerja Helmholtz Resonator
Getaran yang terjadi ini adalah karena ‘melenting‘, misalnya udara : jika udara ditekan, maka tekanannya meningkat dan cenderung untuk memperluas kembali ke volume awalnya. Ketika udara masuk ke dalam suatu rongga, tekanan di dalam meningkat gaya luar yang menekan udara menghilang, udara di bagian dalam akan mengalir keluar. Udara yang mengalir keluar akan mengimbangi udara yang ada di dalam leher. Proses ini akan berulang dengan besar tekanan yang berubah semakin menurun. Efek ini sama seperti suatu massa yang dihubungkan dengan sebuah pegas. Udara yang berada dalam rongga berlaku sebagai sebuah pegas dan udara yang berada dalam leher. Resonator yang berisi udara identik dengan sebuah massa, sebuah rongga yang yang lebih besar dengan volume udara yang lebih banyak akan membuat suatu pegas menjadi lebih lemah dan sebaliknya. Udara dalam leher yang berfungsi sebagai suatu massa, karena sedang bergerak maka pada massa terjadi suatu momentum. Apabila leher semakin panjang akan membuat massa lebih besar demikian sebaliknya. Diameter leher sangat berkaitan dengan massa udara dalam leher dan volume udara dalam rongga. Diameter yang terlalu kecil akan mempersempit aliran udara sedangkan diameter yang terlalu besar akan mengurangi momentum udara dalam leher. Penjelasan Kualitatif Dapat ditunjukkan bahwa frekuensi sudut dapat dinyatakan sebagai berikut: ( 1 )
       γ (gamma)       =  index adiabatic atau rasio pnas spesifik
       A               =  penampang leher
       m               =  massa di leher
       P0              =  tekanan statis di rongga
       V0              =  volume statis rongga
Untuk silinder atau persegi panjang mempunyai panampang leher sebagai berikut: ( 2 )
Dimana :
       L       =  Panjang leher
       Vn      =  Volume udara pada leher

Frekuensi resonansi loadspeaker
Sistem elastis yang dikenai stimulus berosilasi bereaksi secara berbeda-beda bergantung kepada kandungan frekuensi stimulus. Sistem elastis berosilasi ketika frekuensi stimulus mendekati frekuensi resonansi sistem. Setiap sistem elastis memiliki frekuensi resonansi yang bisa dihitung berdasarkan formula matematis yang mendeskripsikan kuantitas di dalam sistem itu sendiri.
Mari kita bergerak dari teori menuju penerapan. Umpamakan sistem elastis loudspeaker (terdiri dari membran, kumparan, dan bagian lainnya), dengan frekuensi resonansi 40 Hz.
Dengan memberikan sinyal listrik sinusoidal ke loudspeaker dan mengubah frekuensi sinyal, membran loudspeaker tidak bergerak (atau bergerak sedikit) hingga frekuensi sinyal jauh dari frekuensi resonansi loudspeaker. Membran mulai berosilasi ketika frekuensi sinyal berada di sekitar 40 Hz, dan terdengar suara dari loudspeaker yang berkorespondensi terhadap frekuensi sinyal listrik.
Diagram berikut menunjukkan amplitudo osilasi, dengan stimulus sinyal frekuensi bervariasi:
http://kursusaudio.files.wordpress.com/2010/03/9_3_stimulation_elastic_system.gif?w=220&h=165
Gambar 9.3 Stimulasi sistem elastis
Amplitudo osilasi tertinggi terjadi saat berdekatan dengan frekuensi resonansi, dan hampir tiada di tempat-tempat lain. Diagram juga menunjukkan diagram fase sistem elastis, dan menjelaskan bagaimana frekuensi lebih besar dari frekuensi resonansi bisa mengalami inversi fase (kesenjangan fase 180 derajat menyebabkan inversi polaritas, atau inversi fase). Situasi ini sangat tidak diinginkan untuk loudspeaker yang seharusnya tidak mengubah sinyal input atau memiliki inversi fase pada rentang frekuensi yang harus direproduksinya. Diagram fase loudspeaker secara nyata tidak akan pernah memiliki laju seperti yang digambarkan; laju tersebut digunakan sekedar untuk mengilustrasikan permasalahan laju fase yang sering diabaikan.
Telinga manusia bertindak sebagai transduser energi akustik, pertama menjadi energi mekanik kemudian menjadi energi listrik. Setelah energi dikonversi dari mekanik menjadi elektrik oleh telinga, impuls listrik mencapai otak melalui sistem syaraf. Disini impuls tersebut diproses sehingga terjadi persepsi suara dan terdengar suara.
Alat pendengaran dibagi menjadi tiga area: telinga eksternal, telinga tengah, dan telinga dalam.
http://kursusaudio.files.wordpress.com/2009/07/2_1_human_ear.gif?w=150&h=112
Gambar 2.1 Telinga manusia
Menganalisa bagaimana ketiga area ini bekerja membuat kita bisa memahami mekanisme persepsi suara dan menentukan parameter yang perlu diubah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Sebagai contoh, ambil kasus ketika sedang mixing suatu track dimana suara flute terdengar nyaring beberapa kali diantara instrumen lainnya. Bila kita menginginkan suara flute menjadi sayup atau samar-samar kita bisa mengubah suaranya dengan menghilangkan frekuensi tingginya. Sebentar lagi kita akan melihat bagaimana salah satu faktor paling penting dalam menentukan arah suara adalah melalui kandungan frekuensi tingginya. Dengan kata lain, lebih mudah untuk mengetahui arah suara dengan kandungan frekuensi tinggi, bukan dengan kandungan frekuensi rendahnya. Jadi, bila kita menginginkan suara flute untuk hadir tetapi terdengar jauh dalam mix, kita bisa mengubah panoramic potentiometer ke kanan dan meningkatkan frekuensi tinggi (tanpa mengubah sifat alamiah suara secara berlebihan).
2.2.1 Telinga luar
Organ pertama yang menerima suara ketika mencapai telinga disebut dengan pinna. Organ ini memiliki luas permukaan yang besar sehingga memungkinkan porsi yang lebar dari gelombang untuk diterima. Untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas bisa dengan menangkupkan tangan pada telinga seperti ketika kita ingin mendengar sesuatu dengan lebih jelas. Suara direfleksikan oleh pinna dan disalurkan menuju canal telinga yang panjangnya sekitar 3 cm.
Frekuensi resonansi dari kanal telinga – ada suatu rumus empiris yang memberikan frekuensi resonansi suatu tabung, dalam kasus ini berbentuk kanal telinga. Hasil dari perhitungan ini penting untuk dipahami.
Rumus tersebut menyatakan bahwa suatu tabung dengan panjang l dipenuhi dengan udara, memiliki frekuensi resonansi sekitar:
Persamaan 2.1 Perhitungan frekuensi resonansi kanal telinga
mengingat panjang kanal telinga sekitar 3 cm maka didapat panjang gelombang 12 cm.
\lambda=4 l=12 cm
Dengan mengetahui panjang gelombang kita bisa menghitung nilai frekuensi resonansi:
v=\lambda f\Longrightarrow f=\frac{v}{\lambda}=\frac{344m/s}{0,12m}\simeq 3 kHz
Dari perhitungan diatas kita menemukan bahwa frekuensi resonansi dari telinga manusia adalah sekitar 3000 Hz atau 3 kHz. Ini berarti ketika grup frekuensi sekitar 3 kHz mencapai telinga, kanal telinga beresonansi sehingga frekuensi mengalami amplifikasi natural. Berikutnya kita akan melihat bagaimana nilai ini sering diterapkan dalam sound engineering.
2.2.2 Telinga tengah
Kanal telinga berakhir pada sebuah membran drum telinga yang bergetar bersama dengan suara yang tiba di telinga. Di sisi yang berlawanan dari drum telinga ada tiga tulang kecil yang disebut: incus (atau anvil), stapes (atau stirrup), dan malleus (atau hammer). Fungsi masing-masing adalah untuk mengamplifikasi getaran dari drum telinga dan mentransfernya ke cochlea, tulang kecil lainnya yang fungsinya akan dijelaskan nanti. Amplifikasi ini perlu mengingat bahwa meski drum telinga adalah membran yang tipis, cochlea dipenuhi dengan cairan padat sehingga bergetar jauh lebih tidak mudah. Tiga tulang kecil disambung dengan ligamen yang memilik fungsi lain selain amplifikasi yaitu untuk mencegah drum telinga mengikuti getaran terlalu besar sehingga mencegah kerusakan yang bisa terjadi akibat tingkat tekanan suara yang tinggi. Bukaan di telinga tengah berlanjut ke eustachian tube yang mencapai oral cavity. Fungsinya adalah untuk memberikan saluran keluaran untuk menyeimbangkan tekanan atmosferik pada kedua sisi drum telinga (sehingga ketika berenang, sebaiknya kita menutup hidung dan menghempaskan nafas kuat-kuat untuk membangun tekanan dalam telinga untuk menyeimbangi tekanan luar telinga).
2.2.3. Telinga dalam
Bagian telinga dalam mengkonversi energi mekanik menjadi impuls listrik yang dikirim ke otak untuk diproses sebagai suara. Tulang kecil terakhir dari tiga tulang kecil yang disebut diatas, stapes, berkontak dengan cochlea melalui membran yang disebut oval window. Cochlea adalah tulang yang berbentuk seperti cangkang bekicot mengandung cairan (memiliki tiga kanal sirkular mengarah ke tiga arah ruang. Indera keseimbangan datang dari cochlea). Cairan ini menerima getaran dari stapes melalui oval window dan melanjutkannya ke organ utama yang mengkonversi energi mekanik menjadi impuls listrik: organ Corti.
Dalam organ Corti kita menemukam basilar membrane yang memiliki ribuan rambut pada permukaannya, sekitar 4000 lebih tepatnya, semuanya bergetar bersamaan dengan getaran fluida. Setiap kumpulan rambut berhubungan dengan sistem syaraf yang mengubah getaran yang diterima dari fluida menjadi impuls listrik. Alasan mengapa telinga manusia mengindera frekuensi secara logaritmik adalah karena sifat alamiah dari membran. Grup rambut, atau disebut critical band, sensitif terhadap 1/3 dari frekuensi satu oktaf. Dengan kata lain basilar membrane terbagi menjadi beberapa sektor, setiap sektornya sensitif terhadap band frekuensi tertentu (masing-masing 1/3 oktaf dalam frekuensi) sehingga bertingkah laku seperti semacam spectrum analyzer. Setiap kali suara meningkat satu oktaf, sektor yang sama jauh dengan yang sebelumnya terstimulasi sehingga memiliki karakter logaritmik.
Apakah pengertian resonansi? Resonansi adalah proses bergetarnya suatu benda dikarenakan ada benda lain yang bergetar, hal ini terjadi karena suatu benda bergetar pada frekwensi yang sama dengan frekwensi benda yang terpengaruhi.  

Contoh Resonansi
Terjadinya resonansi bisa berakibat menguntungkan maupun merugikan kita, berikut ini contoh-contoh terjadinya resonansi:
Resonansi yang menguntungkan: resonansi pada alat musik (gitar, genderang, gamelan, dll).
Resonansi yang merugikan:  resonansi suara deru pesawat bisa membuat kaca turut bergetar, dan bahkan pecah.

Resonansi Stokastik
Sedangkan resonansi stokastik adalah suatu fenomena di mana suatu sistem non-linier di bawah pengaruh suatu sinyal periodik termodulasi yang amat lemah sehingga secara normal tidak terdeteksi, akan tetapi dapat terdeteksi disebabkan terjadinya resonansi antara sinyal deterministik yang lemah tersebut dengan gangguan (noise) stokastik. Definisi paling awal dari resonansi stokastik adalah kekuatan sinyal keluaran maksimum sebagai fungsi dari gangguan (Bulsara dan Gammaitoni 1996).

Contoh Resonansi Stokastik
Terdapat banyak contoh-contoh resonansi stokastik, beberapa di antaranya adalah rangkaian elektronik trigger Schmitt, dioda tunnel, sistem biologi pada respon syaraf penglihatan, kanal ionik, aplikasi medis, laser cincin bistabil dan devais interferensi kuantum super-menghantar (dirangkum dari berbagai sumber).

ilmu filsafat

F I L S A F A T

Sebuah Pengantar

I. Pendahuluan

Filsafat / filosofi berasal dari kata Yunani yaitu philos (suka) dan sophia (kebijaksanaan), yang diturunkan dari kata kerja filosoftein, yang berarti : mencintai kebijaksanaan, tetapi arti kata ini belum menampakkan arti filsafat sendiri karena “mencintai” masih dapat dilakukan secara pasif. Pada hal dalam pengertian filosoftein terkandung sifat yang aktif.
Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori. Filsafat adalah suatu ilmu atau metode berfikir untuk memecahkan gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun filsafat bukanlah suatu dogma atau suatu kepercayaan yang membuta. Filsafat mempersoalkan soal-soal: etika/moral, estetika/seni, sosial dan politik, epistemology/tentang asal pengetahuan, ontology/tentang manusia, dll.Ketika kita memasuki alam pustaka filsafat maka kita akan bingung sendiri dengan begitu banyaknya buku, thesis, teori yang jumlahnya ribuan banyaknya. Untuk itu agar tidak membuang waktu dan terhindar dari kekacauan, kita dapat memakai cara Engels memisahkan filsafat itu menjadi dua kubu besar yaitu filsafat materialis dan filsafat idealis, materialisme dan idealisme.Yang dipisahkan menurut Engels ialah didasarkan atas sikap yang diambil oleh si pemikir, yakni apa yang pertama ada terlebih dahulu. Yang mengatakan benda dahulu baru datang fikiran itulah yang materialis dan yang mengatakan fikiran dahulu baru datang benda itulah yang idealis. Pada kubu idealis kita dapatkan beberapa pemikir terkemuka seperti Plato, Hume, Berkeley dan “raksasa pikiran” Hegel, pada kubu materialis kita berjumpa dengan Heraklit, Demokrit, Diderot dan berpuncak pada Marx dan Engels. Diantara kedua kubu ini ada juga yang berdiri ditengah-tengah setengah idealis dan setengah materialis ini disebut dengan penganut filsafat dualisme.
Pentingnya berfilsafat dan cara belajar filsafat
Berfilsafat itu penting, dengan berfilsafat orang akan mempunyai pedoman untuk bersikap dan bertindak secara sadar dalam menghadapi gejala-gejala yang timbul dalam alam dan masyarakat, sehingga tidak mudah tejebak dalam timbul-tenggelamnya gejala-gejala yang terjadi.
Untuk belajar berfilsafat orang harus mempelajari filsafat. Cara belajar filsafat adalah menangkap pengertiannya secara ilmu lalu memadukan ajaran dan pengertiannya dalam praktek. Kemudian pengalaman dari praktek diambil dan disimpulkan kembali secara ilmu.
Monoisme dan Dualisme
Monoisme adalah suatu system filsafat yang bertitik tolak dari satu dasar pandangan , materi atau ide, yang mengatakan materi adalah primer adalah yang tergabung dalam aliran materialisme, sedangkan yang mengatakan ide adalah primer atau yang pertama mereka inilah yang tergabung dalam lairan idealisme. Istilah atau perkataan monoisme pertamakali dipakai oleh seorang filsuf bernama Chr. Wolf pada abad ke-18
Dualisme adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari materi dan ide sekaligus. Dualisme menganggap materi dan ide itu sama-sama primer, tidak ada yang sekunder. Keduanya timbul dan ada secara bersamaan. Materi ada karena adanya ide dan juga sebaliknya ide itu ada karena adanya materi. Tapi pada hakikatnya pandangan ini idealis juga, karena pandangan itu tidak lain hanya ada dalam fikiran saja, karena tidak ada dalam kenyataan
II. Materialisme dan Idealisme
Seperti sudah dijelaskan diatas apa yang selalu menjadi pertanyaan filsafat akhirnya berpuncak pada apakah yang ada lebih dahulu, apakah yang primer benda atau fikiran, materi atau ide. Yang berpendapat ide/fikiran dahulu ada baru benda kemudian muncul dari padanya adalah yang digolongkan pada kaum Idealisme. Dan yang berpendapat bahwa benda/materi ada lebih dahulu baharu kemudian muncul ide mereka itulah yang berdiri di barisan kaum Materialisme
Jadi pengertian idealisme itu bukanlah seperti yang difitnahkan oleh orang-orang tertentu yaitu bahwa kaum materialis itu adalah orang-orang yang hanya mencari kesenangan hiduptak terbatas; makan sampai muntah, minum sampai mabuk, penganut sex bebas dsb-nya. Sedangkan kaum Idealis adalah orang-orang yang menjunjung tinggi kesucian, lebih mementingkan berpikir dari pada makan, dll.
a. Filsafat Idealisme
Idealisme ialah filsafat yang pandangan yang menganggap atau memandang ide itu primer dan materi adalah sekundernya, dengan kata lain menganggap materi berasal dari ide atau diciptakan oleh ide.
Dengan David Hume sebagai filsuf idealis subyektif, kita dapat menggambarkan seluruh ahli filsafat idealis dari Plato sampai Hegel, “if I go into myself”, “kalau saya memasuki diri saya sendiri”, kata Hume, maka saya jumpai “bundles of conception”, bermacam pengertian, bermacam-macam gambaran tentang benda. “Engkau”, kata Hume cuma “ide” bagi saya (Hume).
Tapi “Engkau” buat Hume adalah saya buat Udin, misalnya. Jadi Udin bagi Hume hanyalah “Ide”, tetapi Hume juga cuma “ide” buat Udin, Udin dipandang dari pihak Hume hanya Ide, hanya gambaran di otak Hume begitu juga sebaliknya. Dengan begitu Hume membatalkan dirinya sendiri , mengakui bahwa dia sendiri tidak ada dan, hanya ide ???
Terhadap adanya pandangan idealisme demikian itu, Lenin dengan tajam mengeritik idealisme sebagai filsafat yang tanpa otak dan dikonsolidasikan oleh kepentingan klas-klas yang berkuasa -- klas-klas pemilik budak, kaum feodal dan kaum borjuasi.
Aliran-aliran dalam filsafat Idealisme
1. Idealisme Obyektif
Idealisme obyektif adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya idealis, dan idealismenya itu bertitik tolak dari ide universil (Absolute Idea- Hegel / LOGOS-nya Plato) ide diluar ide manusia. Menurut idealisme obyektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universil.Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan materiil, yang ada secara abadi diluar manusia, sesuatu yang bukan materiil itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya. Dalam bentuknya yang amat primitif pandangan ini menyatakan bentuknya dalam penyembahan terhadap pohon, batu dsb-nya.
Akan tetapi sebagai suatu system filsafat, pandangan dunia ini pertama-tama kali disistimatiskan oleh Plato (427-347 S.M), menurut Plato dunia luar yang dapat di tangkap oleh panca indera kita bukanlah dunia yang riil, melainkan bayangan dari dunia “idea” yang abadi dan riil. Pandangan dunia Plato ini mewakili kepentingan klas yang berkuasa pada waktu itu di Eropa yaitu klas pemilik budak. Dan ini jelas nampak dalam ajarannya tentang masyarakat “ideal”. Pada jaman feodal, filsafat idealisme obyektif ini mengambil bentuk yang dikenal dengan nama Skolastisisme, system filsafat ini memadukan unsur idealisme Aristoteles (384-322 S.M), yaitu bahwa dunia kita merupakan suatu tingkatan hirarki dari seluruh system hirarki dunia semesta, begitupun yang hirarki yang berada dalam masyarakat feodal merupakan kelanjutan dari dunia ke-Tuhanan. Segala sesuatu yang ada dan terjadi di dunia ini maupun dalam alam semesta merupakan “penjelmaan” dari titah Tuhan atau perwujudan dari ide Tuhan. Filsafat ini membela para bangsawan atau kaum feodal yang pada waktu itu merupakan tuan tanah besar di Eropa dan kekuasaan gereja sebagai “wakil” Tuhan didunia ini. Tokoh-tokoh yang terkenal dari aliran filsafat ini adalah: Johannes Eriugena (833 M), Thomas Aquinas (1225-1274 M), Duns Scotus (1270-1308 M), dsb
Kemudian pada jaman modern sekitar abad ke-18 muncullah sebuah system filsafat idealisme obyektif yang baru, yaitu system yang dikemukakan oleh George.W.F Hegel (1770-1831 M). Menurut Hegel hakekat dari dunia ini adalah “ide absolut”, yang berada secara absolut dan “obyektif” didalam segala sesuatu, dan tak terbatas pada ruang dan waktu. “Ide absolut” ini, dalam prosesnya menampakkan dirinya dalam wujud gejala alam, gejala masyarakat, dan gejala fikiran. Filsafat Hegel ini mewakili klas borjuis Jerman yang pada waktu itu baru tumbuh dan masih lemah, kepentingan klasnya menghendaki suatu perubahan social, menghendaki dihapusnya hak-hak istimewa kaum bangsawan Junker. Hal ini tercermin dalam pandangan dialektisnya yang beranggapan bahwa sesuatu itu senantiasa berkembang dan berubah tidak ada yang abadi atau mutlak, termasuk juga kekuasaan kaum feodal. Akan tetapi karena kedudukan dan kekuatannya masih lemah itu membuat mereka tidak berani terang-terangan melawan filsafat Skolatisisme dan ajaran agama yang berkuasa ketika itu. Pikiran filsafat idealisme obyektif ini dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai macam bentuk. Perwujudan paling umum antara lain adalah formalisme dan doktriner-isme. Kaum doktriner dan formalis secara membuta mempercayai dalil-dalil atau teori sebagai kekuatan yang maha kuasa , sebagai obat manjur buat segala macam penyakit, sehingga dalam melakukan tugas-tugas atau menyelesaikan persoalan-persoalan praktis mereka tidak bisa berfikir atau bertindak secara hidup berdasarkan situasi dan syarat yang kongkrit, mereka adalah kaum “textbook-thingking”
2. Idealisme Subyektif
Idealisme subyektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia
Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah seorang uskup inggris yang bernama George Berkeley (1684-1753 M), menurut Berkeley segala, sesuatu yang tertangkap oleh sensasi/perasaan kita itu bukanlah bukanlah materiil yang riil dan ada secara obyektif. Sesuatu yang materiil misalkan jeruk, dianggapnya hanya sebagai sensasi-sensasi atau kumpulan perasaan/konsepsi tertentu (“bundles of conception” David Hume (1711-1776 M), -ed), yaitu perasaan / konsepsi dari rasa jeruk, berat, bau, bentuk dsb. Dengan demikian Berkeley dan Hume menyangkal adanya materi yang ada secara obyektif, dan hanya mengakui adanya materi atau dunia yang riil didalam fikirannya atau idenya sendiri saja.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari filsafat ini adalah, kecenderungan untuk bersifat egoistis “Aku-isme” yang hanya mengakui yang riil adalah dirinya sendiri yang ada hanya “Aku”, segala sesuatu yang ada diluar selain “Aku” itu hanya sensasi atau konsepsi-konsepsi dari “Aku”. Untuk berkelit dari tuduhan egoistis dan mengedepankan “Aku-isme/solipisme” Berkeley menyatakan hanya Tuhan yang berada tanpa tergantung pada sensasi. Filsafat Berkeley dan Hume ini adalah filsafat Borjuasi besar Inggris pada abad ke-18, yang merupakan kekuatan reaksioner menentang materialisme klasik Perancis, sebagai manifestasi dari kekuatiran atas revolusi di Inggris pada waktu itu.
Pada abad ke-19, Idealisme subyektif mengambil bentuknya yang baru yang terkenal dengan nama “Positivisme”, yang di kemukakan pertama kali oleh Aguste Comte (1798-1857 M), menurutnya hanya “pengalaman”-lah yang merupakan kenyataan yang sesungguhnya , selain dari pada itu tidak ada lagi kenyataan, dunia adalah hasil ciptaan dari pengalaman, dan ilmu hanya bertugas untuk menguraikan pengalaman itu. Dan masih banyak lagi pemikir-pemikir yang lainnya dalam filsafat ini, misalnya saja William Jones (1842-1910 M) dan John Dewey (1859-1952), keduanya berasal dari Amerika Serikat dan pencetus ide “pragmatisme”, menurut mereka Pragmatisme adalah suatu filsafat yang menggunakan akibat-akibat praktis dari ide-ide atau keyakinan-keyakinan sebagai suatu ukuran untuk menetapkan nilai dan kebenarannya. Filsafat seperti ini sangat menekankan pada pandangan individualistic, yang mengedepankan sesuatu yang mempunyai keuntungan atau “cash-value”(nilai kontan)-lah yang dapat diterima oleh akal si “Aku” tsb. Pragmatisme berkembang di Amerika dan adalah filsafat yang mewakili kaum borjuasi besar di negeri yang katanya “the biggest of all”. Sebab dari pandangan filsafat seperti ini Imperialisme, tindakan eksploitasi dan penindasan dapat dibenarkan selama dapat mendapatkan keuntungan untuk si “Aku”.
Pandangan-pandangan idealisme subyektif dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya tidak jarang kita temui perkataan-perkataan seperti ini :
“Baik buruknya keadaan masyarakat sekarang tergantung pada orang yang menerimanya, ialah baik bagi mereka yang menganggapnya baik dan buruk bagi mereka yang menganggapnya buruk.”

“kekacauan sekarang timbul karena orang yang duduk dipemerintahan tidak jujur, kalau mereka diganti dengan orang-orang yang jujur maka keadaan akan menjadi baik.”
“aku bisa, kau harus bisa juga,” dsb.

b. Filsafat Materialisme
Materialisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari pada materi (benda). Materialisme memandang bahwa benda itu primer sedangkan ide ditempatkan di sekundernya. Sebab materi ada terlebih dahulu baru ada ide. Pandangan ini berdasakan atas kenyataan menurut proses waktu dan zat. misal, menurut proses waktu, lama sebelum manusia yang mempunyai ide itu ada didunia, alam raya ini sudah ada.
Menurut zat, manusia tidak bisa berfikir atau mempunyai ide bila tidak mempunyai otak, otak itu adalah sebuah benda yang bisa dirasakan oleh panca indera kita. Otak atau materi ini yang lebih dulu ada baharu muncul ide dari padanya. Atau seperti kata Marx “Bukan fikiran yang menentukan pergaulan, melainkan keadaan pergaulan yang menentukan fikiran.” Maksudnya sifat/fikiran seorang individu itu ditentukan oleh keadaan masyarakat sekelilingnya, “masyarakat sekelilingnya” –ini menjadi materi atau sebab yang mendorong terciptanya fikiran dalam individu tersebut.
Aliran-aliran dalam materialisme
1. Materialisme Mekanik
Materialisme mekanik adalah aliran filsafat yang pandangannya materialis sedangkan metodenya mekanis. Aliran ini mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan gerak dan berubah, geraknya itu adalah gerakan yang mekanis artinya, gerak yang tetap selamanya atau gerak yang berulang-ulang (endless loop) seperti mesin yang tanpa perkembangan atau peningkatan secara kualitatif. Materialisme mekanik tersistematis ketika ilmu tentang meknika mulai berkembang dengan pesat, tokoh-tokoh yang terkenal sebagai pengusung materialisme pada waktu itu ialah Demokritus (± 460-370 SM), Heraklitus (± 500 SM) kedua pemikir Yunanai ini berpendapat bahwa aktivitas psikik hanya merupakan gerakan atom-atom yang sangat lembut dan mudah bergerak.
Mulai abad ke-4 sebelum masehi pandangan materialisme primitif ini mulai menurun pengaruhnya digantikan dengan pandangan idealisme yang diusung oleh Plato dan Aristoteles. Sejak itu, ± 1700 tahun lamanya dunia filsafat dikuasai oleh filsafat idealisme. Baru pada akhir jaman feodal, sekitar abad ke-17 ketika kaum borjuis sebagai klas baru dengan cara produksinya yang baru, materialisme mekanik muncul dalam bentuk yang lebih modern karena ilmu pengetahuan telah maju sedemikian pesatnya. Pada waktu itu ilmu materialisme ini menjadi senjata moril / idiologis bagi perjuangan klas borjuis melawan klas feodal yang masih berkuasa ketika itu. Perkembangan materialisme ini meluas dengan adanya revolusi industri, di negeri-negeri Eropa. Wakil-wakil dari filsafat materialis pada abad ke-17 adalah Thomas Hobbes(1588-1679 M), Benedictus Spinoza (1632-1677 M) dsb. Aliran filsafat materialisme mekanik mencapai titik puncaknya ketika terjadi Revolusi Perancis pada abad ke-18 yang diwakili oleh Paul de Holbach (1723-1789 M), Lamettrie (1709-1751 M) yang disebut juga materialisme Perancis.
Materialisme Perancis dengan tegas mengatakan materi adalah primer dan ide adalah sekunder, Holbach mengatakan : “materi adalah sesuatu yang selalu dengan cara-cara tertentu menyentuh panca indera kita, sedang sifat-sifat yang kita kenal dari bermacam hal-ichwal itu adalah hasil dari bermacam impresi atau berbagai macam perubahan yang terjadi di alam pikiran kita terhadap hal-ichwal itu”. Materialisme Perancis menyangkal pandangan religus tentang penciptann dunia (Demiurge), yang sebelum itu menguasai alam pikiran manusia.. Bahkan secara terang-terangan Holbach mengatakan “nampaknya agama itu diadakanhanya untuk memperbudak rakyat dan supaya mereka tunduk dibawah kekuasaan raja lalim. Asal manusia merasa dirinya didalam dunia ini sangat celaka, maka ada orang yang datang mengancam mereka dengan kemarahan Tuhan, memakasa mereka diam dan mengarahkan pandangan mereka kelangit, dengan demikian mereka tidak lagi dapat melihat sebab sesungguhnya daripada kemalangannnya itu”.

Materialisme Perancis adalah pandangan yang menganggap segala macam gerak atau gejala-gejala yang terjadi dialam itu dikuasai oleh gerakan mekanika, yaitu pergeseran tempat dan perubahan jumlah saja. Bahkan manusia dan segala aktivitetnya pun dipandang seperti mesin yang bergerak secara mekanik, ini tampak jelas sekali dalam karya Lamettrie yang berjudul “Manusia adalah mesin”. Mereka tidak melihat adanya peranan aktif dari ide atau pikiran terhadap materi. Pandangan ini adalah ciri dan sekaligus kelemahan materialisme Perancis.
2. Materialisme metafisik
Materialisme metafisik mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan diam, tetap atau statis selamanya seandainya materi itu berubah maka perubahan tersebut terjadi karena faktor luar atau kekuatan dari luar. Gerak materi itu disebut gerak ekstern atau gerak luar. selanjutnya materi itu dalam keadaan terpisah-pisah atau tidak mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya. Materialisme metafisik diwakili oleh Ludwig Feurbach, pandangan materialisme ini mengakui bahwa adanya “ide absolut” pra-dunia dari Hegel , adanya terlebih dahulu “kategori-kategori logis” sebelum dunia ada, adalah tidak lain sisa-sisa khayalan dari kepercayaan tentang adanya pencipta diluar dunia; bahwa dunia materiil yang dapat dirasakan oleh panca indera kita adalah satu satunya realitet. Tetapi materialisme metafisik melihat segala sesuatu tidak secara keseluruhannya, tidak dari saling hubungannya, atau segala sesuatu itu berdiri sendiri. Dan segala sesuatu yang real itu tidak bergerak, diam.
Pandangan ini mengidamkan seorang manusia suci atau seorang resi suci yang penuh cinta kasih. Feurbach berusaha memindahkan agama lama yang menekankan hubungan manusia dengan Tuhan menjadi sebuah agama baru yaitu hubungan cinta kelamin antara manusia dengan manusia. Seperti kata Feurbach: “Tuhan adalah bayangan manusia dalam cermin”, Feurbach menentang teologi, dalam filsafatnya atau “agama baru”-nya Feurbach mengganti kedudukan Tuhan dengan manusia, pendeknya manusia itu Tuhan. Feurbach tidak melihat peran aktif dari ide dalam perkembangan materi, yang materi bagi Feurbach adalah misalnya, manusia (baca: materi, pen) sedangkan dunia dimana manusia itu tinggal tidak ada baginya, atau menganggap sepi ativitet yang dilakukan manusia/materi tersebut.
Materialisme metafisik menganggap kontradiksi sebagai hal yang irasionil bukan sebagai hal yang nyata, disinilah letak dari idealisme Feurbach. Pandangannya bertolak daripada materialisme tetapi metode penyelidikan yang dipakai ialah metafisis. Metode metafisis inilah yang menjadi kelemahan terbesar bagi materialisme Feurbach.
3. Materialisme dialektis
Materialisme dialektis adalah aliran filsafat yang bersandar pada matter (benda) dan metodenya dialektis. Aliran ini mengajarkan bahwa materi itu mempunyai keterhubungan satu dengan lainnya, saling mempengaruhi, dan saling bergantung satu dengan lainnya. Gerak materi itu adalah gerakan yang dialektis yaitu pergerakan atau perubahan menuju bentuk yang lebih tinggi atau lebih maju seperti spiral. Tokoh-tokoh pencetus filsafat ini adalah Karl Marx (1818-1883 M), Friedrich Engels (1820-1895 M).Gerakan materi itu adalah gerak intern, yaitu bergerak atau berubah karena dorongan dari faktor dalamnya (motive force-nya). Yang disebut “diam” itu hanya tampaknya atau bentuknya, sebab hakikat dari gejala yang tampaknya atau bentuknya “diam” itu isinya tetap gerak, jadi “diam” itu juga suatu bentuk gerak.
Metode yang dipakai adalah dialektika Hegel, Marx mengakui bahwa orang Yunani-lah yang pertama kali menemukan metode dialektika, tetapi Hegel-lah yang mensistematiskan metode tersebut. Tetapi oleh Marx dijungkir balikkan dengan bersandarkan materialisme. Marx dan temannya Engels mengambil materialisme Feurbach dan membuang metodenya yang metafisis sebagai dasar dari filsafatnya. Dan memakai dialektika sebagai metode dan membuang pandangan idealis Hegel.
Dialektika Hegel menentang dan menggulingkan metode metafisis yang selama beabad-abad menguasai lapangan filsafat. Hegel mengatakan “yang penting dalam filsafat adalah metode bukan kesimpulan-kesimpulan mengenai ini dan itu”. Ia menunjukkan kelemahan-kelemahan metafisika :
1. Kaum metafisis memandang sesuatu bukan dari keseluruhannya, tidak dari saling hubungannya, tetapi dipandangnya sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, sedangkan Hegel memandang dunia sebagai badan kesatuan, segala sesuatu didalamnya terdapat saling hubungan organic.
2. Kaum metafisis melihat segala sesuatu tidak dari geraknya, melainkan sebagai yang diam, mati dan tidak berubah-ubah, sedang Hegel melihat segala sesuatu dari perkembangannya, dan perkembangannya itu disebabkan kontradiksi internal, kaum metafisik berpendapat bahwa: “segala yang bertentangan adalah irasionil”. Mereka tidak tahu bahwa akal (reason) itu sendiri adalah pertentangan.
3. Sumbangan Hegel yang terpenting adalah kritiknya tentang evolusi vulgar, yang pada ketika itu sangat merajalela, dengan mengemukakan teorinya tentang “lompatan” (sprong) dalam proses perkembangan. Sebelum Hegel sudah banyak filsuf yang mengakui bahwa dunia ini berkembang, dan meninjau sesuatu dari proses perkembangannya, tetapi perkembangannya hanya terbatas pada perubahan yang berangsur-angsur (perubahan evolusioner) saja. Sedang Hegel berpendapat dalam proses perlembangan itu pertentangan intern makin mendalam dan meruncing dan pada suati tingkat tertentu perubahan berangsur-angsur terhenti dan terjadilah “lompatan”. Setelah “lompatan” itu terjadi, maka kwalitas sesuatu itu mengalami perubahan.
Akan tetapi dialektika Hegel ini diselimuti dengan kulit mistik, reaksioner, yaitu pandangan idealismenya sehingga dia memutar balikkan keadaan sebenarnya. Hukum tentang dialektika yaitu hukum tentang saling hubungan dan perkembangan gejala-gejala yang berlaku didunia ini dipandangnya bukan seabagai suatu hal yang obyektif, yang primer melainkan perwujudan dari “ide absolut”. Kulitnya yang reaksioner inilah yang kemudian dibuang oleh Marx, dan isinya yang “rasionil” diambil serta ditempatkan pada kedudukan yang benar. Sedangkan jembatan antara Marx dan Hegel adalah Feurbach, Materialisme dijadikan sebagai dasar filsafatnya tetapi Feurbach melihat gerak dari penjuru idealisme yang membuat ia berhenti dan membuang dialektika Hegel. Membuat hasil pemeriksaannya terpisah dan abstrak, Marx membuang metode metafisisnya, dan menggantinya dengan dialektika, sehingga menghasilkan sebuah system filsafat baru yang lebih kaya dan lebih sempurna dari pendahulunya.
III. Materi dan Ide
a. Materi.
Materi mempunyai dua pengertian, yaitu arti materi menurut filsafat, dan materi menurut ilmu alam. Materi menurut ilmu alam mempunyai arti yang lebih sempit daripada arti materi menurut filsafat
Materi menurut ilmu alam, ialah segala sesuatu yang mempunyai susunan atau yang tersusun secara organis atau dengan kata lain benda. Benda menurut ilmu alam mempunyai tiga bentuk yaitu benda padat (solid), benda cair (liquid) dan gas (gasceus).
Materi menurut filsafat, ialah segala sesuatu yang bisa ditangkap oleh indera manusia, serta bisa menimbulkan ide-ide tertentu. Dengan begitu pengartian materi menurut filsafat mencakup pula pengertian materi menurut ilmu alam
Materi mempunyai peranan menetukan ide, materi menimbulkan ide. Ide manusia timbul setelah terlebih dahulu suatu materi ditangkap oleh indera. Sudah jelas yang “memproduksi” ide itu adalah sebuah materi yang sudah mencapai titik perkembangan yang sangat tinggi yang disebut dengan otak.
b. Ide.
Sebagaimana yang diterangkan diatas, materialisme dialektis berpendapat bahwa ide itu dilahirkan dan ditentukan oleh materi, ini mengandung dua pengertian:
1. Dipandang dari proses asalnya ide / pikiran, nyatalah bahwa sensasi (perasaan) itu tidak dilahirkan oeh materi biasa. Melainkan semacam organisme tertentu yang telah mencapai perkembangan yang sangat tinggi dan mempunyai struktur yang sangat complex yang kita sebut sebagai otak. Tanpa otak tidak akan ada pikiran / ide, otak atau system urat syaraf yang sangat kompleks adalah hasil tertinggi dari proses perkembangan alam. Oleh karena itu ide juga merupakanproduk dari proses perkembangan dari alam.
2. Dipandang dari isinya, bagaimanapun ide adalah pencerminan dari kenyataan obyektif. Marx berkata bahwa: “ide tidak lain daripada dunia materiil yang dicerminkan oleh otak manusia, dan diterjemah kan dalam bentuk bentuk pikiran”. Pencerminan itu hanya bisa terjadi dengan adanya kontak langsung antara kesadaran manusia dengan dunia luar, dengan praktek sosial manusia. Oleh karenanya ide juga merupakan produk dari proses perkembangan praktek sosial manusia
Ide adalah cermin dari materi atau merupakan bentuk lain dari materi. Tetapi ide tidak mesti sama dengan materi, ide dapat menjangkau jauh didepan materi. Walau begitu ide tidak akan dapat lepas dari materi. Materi menentukan ide, sedangkan ide mempunyai peranan aktif terhadap perkembangan materi. Jadi ide mempunyai peranan aktif, tidak pasif seperti pencerminan cermin biasa.
Dengan demikian jelaslah pengertian materialisme dialektis tentang materi dan ide bertentangan dengan paham idealisme yang menganggap ide adalah yang terlebih dahulu ada daripada materi. Materialisme dialektis disatu pihak mengatakan materi ada terlebih dahulu daripada ide, tetapi dipihak lain mengakui peranan aktif daripada ide dalam perkembangan materi, ini mengandung dua pengertian :
1. Seperti dijelaskan diatas ide adalah pencerminan materi, tetapi proses pencerminan itu tidak semudah atau sesimple pencerminan dengan kaca-cermin, yang hanya bisa menjelaskan gejala luar saja. Melainkan melalui pencerminan yang aktif, melalui proses pemikiran yang rumit sehingga dapat mencerminkan kenyataan obyektif sebagaimana adanya, baik mengenal sesuatu itu dari gejala luarnya maupun gejala dalamnya atau hakekat suatu materi. Peranan aktif dari ide inilah yang memungkinkan manusia menyempurnakan alat-alat atau perkakas untuk memperbesar kemampuannya dalam mengenal atau mencerminkan keadaan maupun mengubah keadaan.
2. Peranan aktif ide itu berarti dalam mengenal dan mengubah keadaan itu manusia bertindak dengan sadar, dengan motif atau tujuan tertentu, yaitu untuk memenuhi kebutuhan praktek sosialnya untuk kehidupan.
Ide revolusioner yaitu ide yang mencerminkan hukum-hukum perkembangan keadaan obyektif, memainkan peranan untuk mendorong perkembangan keadaan. Sebaliknya ide reaksioner, ialah ide yang berlawanan dengan hukum-hukum perkembangan keadaan obyektif dan menghambat kemajuan
Dengan dijelaskannya keprimeran materi dan peranan aktif ide, materialisme dialektis mengajarkan supaya dalam memandang dan memecahkan permasalahan harus bertolak dari kenyataan yang kongkrit dan berdasarkan data-data yang obyektif, dan jangan bersandar pada dugaan-dugaan subyektif dan hanya terpaku pada buku-buku yang mati, dan juga harus ditujukan pada kebutuhan praktek yang kongkrit. Dipihak lain ia memperingatkan kita kepada pentingnya teori, tetapi dipihak lain ia menolak “pendewaan” kepada teori atau dengan kata lain menentang dengan tegas terhadap kedogmatisan.[]

makalah psikologi perkembangan+

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Tingkah laku prososial merupakan tingkah laku yang positif yang menguntungkan atau membuat kondisi fisik / psikis orang lain lebih baik yang dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan imbalan dari orang lain. Tingkah laku tersebut meliputi segala bentuk  tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain tanpa memperhatikan motif si penolong. Perilaku prososial berasal dari dalam diri seseorang untuk mengubah dirinya. Misalnya individu A menolong orang yang sedang kesusahan, tanpa memperhatikan motif penolong. Tingkah laku prososial dipandang sebagai tingkah laku yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan, melalui hal ini individu menjalankan fungsi kehidupan sebagai penolong dan ditolong. Didalam tingkah laku prososial hal yang harus diperoleh dari lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah akan menentukan cara-cara remaja dalam melakukan interaksi dengan lingkungan sosial.
B.     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, akan dibahas secara terperinci yang meliputi :
  1. Apa pengertian tingkah laku prososial?
  2. Bagaimana sumber tingkah laku prososial?
  3. Bagaimana perkembangan tingkah laku prososial?
  4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial?
  5. Bagaimana implikasinya?










BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tingkah Laku prososial
Terdapat beberapa pendapat para ahli psikologi tentang perilaku prososial diantaranya :
a. Sri Utari Pidada (1982)
Mendefinisikan bahwa perilaku prososial merupakan suatu tingkah laku yang mempunyai suatu akibat atau konsekuensi positif bagi patner interaksi, selain itu tingkah laku yang bisa diklasifikasikan sebagai tingkah laku sosial sangat beragam dimulai dari bentuk yang paling sederhana hingga yang paling luar biasa.
b. Brigham (1991)
Menyatakan bahwa wujud tingkah laku prososial meliputi murah hati (charity), persahabatan (frienship), kerja sama (cooperation), menolong (helping), penyelamatan (rescuing).
c. Lead (1978)
Menyatakan tiga kriteria yang menentukan tingkah laku prososial yaitu :
  • Tindakan yang bertujuan khusus menguntungkan orang lain tanap mengharap reward eksternal
  • Tindakan yang dilakukan sukarela
  • Tindakan yang menghasilkan hal yang positif
Dari beberapa pendapat diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa tingkah laku prososial adalah tingkah laku sosial positif yang menguntungkan, yang ditujukan bagi kesejahteraan orang lain sehingga menjadikan kondisi fisik maupun psikis orang lain menjadi lebih baik selain itu tindakan prososial dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan reward eksternal. Perkembangan tingkah laku prososial telah dimulai sejak masa kanak-kanak. Dalam psikologi juga mengatakan bahwa kemampuan seorang anak dalam berbagai hal akan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.
2. Sumber Tingkah Laku Prososial
a. Endosentris
Endosentris merupakan keinginan untuk mengubah diri dengan menampilakn self-image. Secara keseluruhan endosentris ini meningkatkan konsep diri, salah satu bentuk konsep diri adalah self-expectation (garapan diri) yang berbentuk rasa bahagia, kebangaan, rasa aman, evaluasi diri yang positif.
Harapan diri muncul karena seseorang hidup dilingkungan sosial dimana dilingkungan sosial terdapat norma dan nilai. Norma yang di internalisasikan kedalam harapan diri, diantaranya :
1)      Norms of aiding ( norma menolong) adalah norma sosial untuk menolong orang lain yang membutuhkan.
2)      Norm of social responssibility adalah suatu norma sosial yang dimana seorang individu menolong orang yang membutuhkan pertolongan walaupun orang yang ditolong tidak membalas sama sekali.
3)      Norm of giving adalah norma sosial dimana seseorang menolong dengan sukarela.
4)      Norm of justice adalah norma sosial dimana tingkah laku menolong didasari oleh norma keadilan yaitu keseimbangan antara memberi dan menerima.
5)      Norm of recyprocity adalah norma sosial dimana seorang individu menolong orang lain karena merasa akan mendapat imbalan.
6)      Norm of equity adalah norma sosial dimana seorang individu menolong orang lain karena pernah ditolong sebelumnya.
b. Eksosentris
Adalah sumber untuk memperhatikan lingkungan eksternal yaitu membuat kondisi lebih baik dan menolong orang lain dari kondisi buruk yang dialami. Orang yang melakukan tindakan menolong karena mengetahui atau merasakan kebutuhan, keinginan, atau penderitaan orang lain. Hal ini dijelaskan oleh Piliavin dan Piliavin bahwa tindakan menolong terjadi karena :
1)      Adanya pengamatan terhadap kebutuhan atau penderitaan orang lain
2)      Adanya pengamatan terhadap penderitaan yang dirasakan oleh orang lain sehingga menimbulkan motivasi untuk menguranginya.
Menurut Derlega dan Grzelak tingkah laku prososial terjadi karena adanya penderitaan yang dialami oleh orang lain, pertolongan yang diberikan tidak mengharapkan reward eksternal. Pada dasarnya tingkah laku prososial terjadi karena adanya saling ketergantungan antara sipenolong dan orang yang ditolong.
3. Perkembangan Tingkah Laku Prososial
Tingkah laku prososial selalu berkembang sesuai perkembangan manusia, ada 6 tahapan diantaranya :
a. Compliance dan Concret, Defined Reinforcement
Pada tahap individu melakukan tingkah laku menolong karena perintah yang disertai oleh reward. Pada tahap ini remaja mempunyai perspektif egosentris yaitu mereka tidak menyadari bahwa orang lain mempunyai pikiran atau perasaan yang berbeda dengan mereka, selain itu tingkah laku prososial pada tahap ini terjadi karena adanya reward dan punishment yang konkret.
b. Compliance
Pada tahap ini individu melakukan tindakan menolong karena patuh terhadap perintah orang lain yang berkuasa. Tindakan menolong pada tahap ini dimotovasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan dan menghindari hukuman.
c. Internal Initiative dan Concret Reward
Pada tahap ini individu menolong karena tergantung pada reward yang akan diterima, tindakan prososial dimotovasi oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan atau hadiah.
d. Nominative Behavior
Pada tahap ini individu melakukan tindakan prososial untuk memenuhi tuntutan masyarakat. Individu mengetahui berbagai tingkah laku yang sesuai dengan norma masyarakat. Dalam tahap ini individu mampu memahami kebutuhan orang lain dan merasa simpati dengan penderitaan yang dialami, tindakan prososial dilakukan karena adanya norma sosial yang meliputi norma memberi dan norma tanggung jawab sosial.
e.Generalized Reciprocity
Pada tahap seseorang melakukan tindakan menolong karena adanya kepercayaan apabila suatu saat ia membutuhkan bantuan maka ia akan mendapatkannya, harapan reward pada tahap ini non konkret yang susah dijelaskan.
f. Altruistic Behavior
Pada tahap ini seseorang melakukan tindakan menolong secara sukarela yang bertujuan untuk menolong dan menguntugkan orang lain tanpa mengharapkan imbalan, tindakan prososial dilakukan karena pilihan individu sendiri yang didasarkan pada prinsip moral. Pada tahap ini individu sudah dapat menilai kebutuhan oranglain dan tidak mengharapkan hubungan timbal balik untuk tindakannya.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Tingkah Laku Prososial
a. Orangtua
Hubungan antara remaja dengan orangtua menjadi faktor penentu utama dalam keberhasilan remaja berperilaku prososial ketika berinteraksi sosial yang lebih luas. Menurut Ahmadi (1988) keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dalam kehidupan remaja. Remaja belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial.
Cara bertingkah lakudan sikap orangtua dalam keluarga akan mempengarihi suasana interaksi keluarga dan dapat mengakibatkan ciri-ciri tertentu pada perkembangan kepribadian remaja, orangtua adalah pemegang peranan penting dalam pembentukan akhlak dan budi pekerti. Mengingat orangtua merupakan faktor penting dalam pembentukan pribadi remaja maka cara yang digunakan dalam mengasuh dan membimbing remaja tergantung pada sikap, pribadi dan kemampuan yang dimiliki oleh orangtua remaja tersebut.
b. Guru
Selain orangtua, sekolah juga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan tingkah laku prososial. Disekolah guru dapat melatih dan mengarahkan tingkah laku prososial anak dengan menggunakan teknik yang efektif. Misalnya guru dapat menggunakan teknik bermain peran, teknik ini melatih anak mempelajari situasi dimana tingkah laku menolong di peroleh dan bagaimana malaksanakan tindakan menolong tersebut. Teknik bermain peran mengembangkan sensitivitas terhadap kebutuhan orang lain dan menambah kemampuan role taking dan empati.
c. Teman Sebaya
Teman sebaya mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan tingkah laku prososial khususnya pada masa remaja. Ketika usia remaja kelompok sosial menjadi sumber utama dalam perolehan informasi, teman sebaya dapat memudahkan perkembangan tingkah laku prososial melalui penguatan, pemodelan, dan pengarahan.
d. Televisi
Selain sebagai hiburan, televisi merupakan media agen sosial yang penting. Melalui penggunaan muatan prososial, televisi dapat mempengaruhi pemirsa. Dengan melihat program televisi tidak hanya mengajarkan anak untuk mempertimbangkan berbagai alternatif tindakan tapi juga anak bisa mengerti dengan kebutuhan orang lain, membentuk tingkah laku prososial dan memudahkan perkembangan empati.
e. Moral dan Agama
Perkembangan tingkah laku prososial juga berkaitan erat dengan aturan agama dan moral. Menurut Sears dkk (1992) menyatakan bahwa aturan agama dan moral kebanyakan masyarakat menekankan kewajiban menolong.
5. Implikasi Perkembangan Tingkah Laku Sosial dengan Konseling
Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru pembimbing dalam upaya membantu peserta didik dalam memperoleh tingkah laku interpersonal yang efektif :
1)      Mengajarkan keterampilan sosial dan strategi pemecahan masalah sosial
2)      Menggunakan strategi pembelajaran yang kooperatif
3)      Meningkatkan kesadaran siswa terhadap efektifitas keterampilan sosial dengan mencerminkan keterampilan sosial tersebut
4)      Mengajak siswa untuk memikirkan dampak dari perilaku yang mereka miliki
Dalam hal implikasi perkembangan tingkah laku prososial terhadap konseling ini juga dapat dikaitkan dengan fungsi-fungsi konseling, selain itu konselor atau guru pembimbing juga dapat bekerja sama dengan pihak terkait. 













BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa tingkah laku prososial adalah tingkah laku sosial yang positif yang menguntungkan, yang ditujukan bagi kesejahteraan oranglain sehingga menjadikan kondisi fisik dan psikis orang lain menjadi lebih baik, selain itu tindakan prososial dilakukan atas dasar sukarela tanpe mengharapkan rewad eksternal.

B.     Saran
Pemakalah menyadari bahwasannya masih banyak terdapat kesalahan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.